Ikuti detik-detik Ayat Muhammad Al-Akhras sebelum melakukan operasi syahid :
Jumaat itu, Ayat Al-Akhras bangun jauh lebih awal dari biasanya. Padahal, menurut ibunya, “semalaman ia nyaris tidak tertidur. Sampai tengah malam dia masih membaca Al-Qur’an. Tatkala saya terjaga, dia sedang asyik solat malam. Dia asyik membaca ayat-ayat An-Naba’ sambil menangis, “ujar ibunya.Selesai Subuh, Ayat, seorang remaja solehah berusia 18 tahun itu kembali membaca Al-Qur’an. Ayat-ayat jihad panjang dibacanya berulang-ulang dengan nada bergetar. Sesekali ia terhenti menahan isak tangis. Menjelang pukul 06.00 waktu Palestin, dia masih menulis sesuatu dimeja belajar. Sejurus kemudian, Ayat sudah berseragam dan bergegas untuk menuju dapur untuk menemui ibunya. Kepadanya, Ayat dia minta diri hendak pergi ke sekolah. Ada tugas tambahan. Hari ini boleh menjadi saat terpenting dalam hidup ini. Saya mohon doa restu ibu, “ucapnya dengan mata berbinar.
Dia sedikit bingung, hairan dan kaget melihat tingkah puterinya. “Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati anakku. Tapi, bukankah Jumaat adalah hari cuti?”. “Doa ibu yang anakanda harap, “jawabnya. Ayat tidak lagi berkata-kata. Dia hanya tersenyum, dia mencium tangan, kemudian memeluk erat sang ibu yang masih kebingungan dan dengan tetap tersenyum, dia menarik tangan adiknya, Sama’ah, 10 tahun. Mereka pun sama-sama bergegas ke sekolah.
Beberapa jam kemudian, pukul 10 waktu setempat, radio Israel memberitakan ledakan bom disebuah supermarket Netanyahu, berhampiran Jerusalem. Peristiwa ini menyebabkan 3 orang tewas dan lebih dari 40 orang luka-luka. Jatung ibu Ayat berdegup kencang menyemak khabar itu. “Jangan-jangan dia”, bisiknya saat itu. Firasatnya menguat, manakala dia mendapatkan Samaah pulang sendirian sambil teresak-esak. Dia mengaku tidak tahu kemana kakaknya pergi. Ayat hanya berpesan kepadanya, “ jangan cemas dan takut. Allah bersama kita orang-orang yang beriman. Sampaikan salam buat semua dan berdoalah. Mudah-mudahan Allah memberikan pengampunan dan kemenangan”.
Di Kem pelarian, ibu Ayat cemas dengan nasib anaknya. Batinnya bertanya-tanya, “kemana dia pergi? Apakah dia sudah mewujudkan impiannya untuk menjadi syahidah? Pertanyaan lain terus muncul dibenaknya. Bagaimana dengan impiannya yang lain? Soal pinangan, rencana pernikahan dan pakaian pengantin yang sudah dijahitnya sendiri? Bukankah dia juga bercita-cita untuk melahirkan anak-anak, kemudian menjadi mujahid-mujahid masa depan? Sementara fikiran liarnya bertanya-tanya, kalbunya mendapat isyarat bahawa calon pengantin itu telah gugur dalam aksi bom syahid. “Innalillah wa inna ilaihi raji’un”. Semoga Allah mencatatnya sebagai syahidah. Mudah-mudahan dia juga boleh menjadi pengantin Palestin yang melahirkan kehormatan dan kemerdekaan bagi umat dan bangsanya sendiri,” demikian ucap sang ibu ketika mendapat kepastian beritanya.
Jumaat, siang itu, Ayat Al-Akhras pergi mengikuti jejak Issa Farah dan Saa’id, dua kerabatnya yang gugur dibedil helicopter Israel. Ayat Al-Akhras, remaja solehah yang cantik ini lahir 20 Februari 1985 di Kem Dheishes. Di akhir hayatnya dia tercatat sebagai pelajar kelas 3 sekolah menengah atas. Menurut ABC News, Ayat Akhras termasuk anak cerdas dan rajin belajar. Sampai saat menjelang syahidnya, dia masih rajin menasihati teman-teman untuk terus belajar. “Penguasaan ilmu teknologi amat penting dan diperlukan untuk mendukung perjuangan kita, apa pun bentuknya”.
Hayfaa, teman baiknya berujar, “dia selalu menasihati kami bahawa belajar harus tetap berjalan, meskipun rintangan dan bahaya mengancam di sekeliling kita”. Tentang jihad, Ayat selalu berkata, “jihad itu kewajipan setiap Muslim termasuk wanita. Mengapa harus kita membiarkan nyawa kita terenggut sia-sia oleh kebiadapan Zionis Israel?”.Hayfaa tidak menyangka Ayat syahid secepat itu. Dalam hari-hari terakhirnya, dia rajin mengumpulkan foto-foto Mujahid Palestin. Di meja belajarnya, berjejer slogan-slogan jihad dan kepahlawanan. “Dia pergi untuk bergabung dengan barisan syuhada’ lainnya”.
Sama’ah, adiknya sekaligus teman terdekatnya, merasakan hal yang sama. Sambil terus menangis, dia berkisah tentang saat-saat terakhir bersama kakaknya. “Saya melihat cahaya di mukanya dan sebuah rona kebahagian yang tidak pernah terlihat sebelumnya.”. Sambil memberi sepotong coklat manis, lanjutnya Ayat berkata lirih,” solat dan doakan agar kakak berjaya melaksanakan tugas suci ini”.
.Meskipun tahu syahidah adalah cita-cita tertinggi anaknya, ibu Al-Akhras tetap sahaja merasa kehilangan. Dengan mata berlinang dan mengulangi kata-kata sang anak ketika berdiskusi soal kewajipan jihad bagi setiap muslim Palestin. “Tugas apa?” Sama’ah bertanya. “Hari ini kamu akan mendengar satu berita baik. Mungkin inilah hari terbaik dalam hidup saya. Inilah hari yang telah lama saya nantikan. Tolong sampaikan salam hormat saya kepada Akh Shaadi, “tutur Ayat Akhras sambil memberikan secarik kertas.
Shaadi Abu Laan, 20 tahun, calon suami Ayat Akhras termangu beberapa saat ketika khabar itu sampai padanya. Dia nyaris tidak percaya Ayat pergi begitu cepat mendahuluinya. Padahal, Julai ini, jelas Shaadi, “kami sudah berencana untuk rasmi berumahtangga. Begitu Ayat lulus ujian, kami akan menempati rumah sederhana yang belum didekor”. Mereka sudah 1 tahun setengah berkhitbah (meminang). Keduanya bahkan telah menyiapkan nama ‘Adiyy untuk bayi pertamanya (yang lahir nanti).Mereka bertekad mendidik si kecil sebaik-baiknya dengan harapan kelak menjadi seorang mujahid yang akan membebaskan Al-Aqsa dan Palestin dari pendudukan Israel.
“Allah ternyata punya rencana lain,” ucap Shaadi. “Semoga kami bisa bertemu disyurga kelak, dia mencintai agamanya lebih dari apapun”. Setiap saat, lanjut Shaadi, Ayat memang selalu memimpikan operasi syahid. “Kami pun pernah bercita-cita untuk syahid bersama-sama. Ternyata, Allah telah memilih dia dahulu. Kalau ada kesempatan, saya akan menysulnya segera. Semoga Allah mengabulkannya,” ucap pemuda Palestin yang baru sahaja meraih gelaran Sarjana Muda Hukum itu.
Wasiat Ayat Al-Akhras :
“Wahai Al-Quds…wahai Al-Quds…wahai Palestin…wahai Palestin…suara lembut namun tegas itu keluar dari seorang gadis remaja yang cantik, berbusana muslimah hitam, dengan kafayeh khas Palestin. Seruan itu adalah bahagian dari wasiat Ayat Al-Akhras yang dibacakannya 2 jam sebelum aksi syahidnya. Beliau memulai wasiatnya dengan membaca Bismillah. Ayat kemudian menyatakan bahawa misinya ini semata-mata untuk mencarikeredhoan Allah s.w.t. Beliau juga secara tegas berpesan kepada para penguasa Arab yang disebutnya telah cukup untuk waktu tidur dan disuruh bangun untuk melaksanakan kewajipan mereka kepada Palestin. Dengan bahasa Arab yang fasih, Ayat dengan santai namun pasti, terus membacakan wasiatnya yang sudah ditulis tersebut. Akhirnya, Ayat meneriakkan takbir…Allahu Akbar!!! Nampaknya dia ingin segera mengakhiri wasiatnya dan sudah tidak sabar lagi ingin melakukan aksinya, menetukan pilihannya untuk menjadi bidadari syurga. Tangannya melambai, untuk terakhir kalinya. Subhanallah.
Catatan: Anda boleh mendapatkan maklumat tambahan mengenai Ayat Al-Akhras dari buku ‘Nostalgia Syuhada’ Palestin karangan Ibnu Ismail, Malaysia.
rujukan: http://dupahang.wordpress.com/
Inilah dia Ayat al-Akhras...remaja wanita palestina..memiliki keimanan yang utuh...cita2 tinggi melangit...tenggelem dek kecintaan abadi...bagaimana pula dengan kita?masihkah tidur tatkala berpencaknya rakyat palestina?tenggelam dek kenikmatan dunia?
Wallahu A'lam.
1 comment:
subhanallah.
Indahnya perancangan Allah.
Syukran ya atas perkongsian.
May Allah bless u.
Post a Comment